Wednesday, May 16, 2007

ABOUT EDUCATION


Insya Allah akan menjadi pendidik yang baik


Tetap Perlu Kurikulum


HOMESCHOOLING tetap membutuhkan kurikulum. Standarnya mengacu pada kurikulum nasional yang sedang berlaku. Meski demikian, homeschooler tak perlu kaku hanya menerapkan satu kurikulum. "Orang tua boleh memilih kurikulum yang sesuai dengan anaknya," kata Helen Ongko, kepala Morning Star Academy (MSA) yang merupakan komunitas homeschooler di Jakarta dan Surabaya.

Menurutnya, kurikulum diperlukan sebagai panduan bagi anak dalam belajar. Di homeschooling, tidak semua mata pelajaran dalam Kurikulum harus dibebankan kepada anak-anak. Mereka bebas mempelajari apa yang disukai, asalkan tetap mengikuti tata tertib dan disiplin yang telah disepakati bersama orang tua. "Kurikulum dari negara manapun boleh. Sebab, salah satu tujuan homeschooling adalah mengetahui minat anak, kemudian mengarahkannya dengan benar," tegasnya.

Selain kurikulum, para homeschooler juga harus memikirkan pentingnya bersosialisasi. Seto Mulyadi dari Asosiasi Sekolah Rumah Pendidikan Alternatif (Asah Pena) Jawa Timur memberikan beberapa alternatif penerapan homeschooling yang bukan individual. Misalnya, homeschooling majemuk yang dilaksanakan dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu. Sementara, kegiatan pokok tetap dilaksanakan orang tua masing-masing. "Selain untuk bersosialisasi, para keluarga juga bisa memikirkan kurikulum bersama," tuturnya.

Gabungan beberapa home schooling majemuk juga bisa menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara ornag tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.

Meski demikian, bukan berarti homeschooling tidak sarat dengan kendala. Misalnya homeschooling tunggal. Model ini memiliki tantangan seperti sulitnya memperoleh dukungan atau tempat bertanya, berbagi, dan berbanding keberhasilan. Anak juga terancam kurang tempat sosialisasi untuk mengekspresikan diri sebagai syarat pendewasaan. "Karena itu, orang tua harus melakukan penilaian hasil pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya," jelasnya.

Tantangan yang siap menghadang home schooling majemuk adalah kompromi dan fleksibilitas jadwal, suasana dan fasilitas pembelajaran, serta kebutuhan akan adanya ahli bidang tertentu. Selain itu, anak-anak juga harus menyesuaikan atau menerima lingkungan lainnya dengan menerima perbedaan-perbedaan sebagai proses pembentukan jati diri. Karena itu, orang tua masing-masing penyelenggara homeschooling harus menyelenggarakan sendiri penyetaraannya.

Untuk komunitas homeschooling, tantangannya mirip dengan model majemuk. Anak-anak dengan keahlian atau kegiatan khusus harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan-perbedaan sebagai proses pembentukan jati diri. Dalam model ini, orang tua harus tetap tetap ada untuk mendampingi. (ara/kit)

No comments: